Rashford telah tampil 41 kali di semua kompetisi untuk Aston Villa, mencetak sebelas gol dan mencatatkan sembilan assist.
Ini adalah sepakbola fantasi, dimana impian bagi seorang interisti mungkin untuk diwujudkan. Berkaca pada pertandingan di Liga Champions, PSG keluar dengan juara setelah mengeliminasi tim-tim Inggris. Manchester City, Liverpool, Aston Villa dan juga Arsenal adalah tim-tim terbaik asal Britania Raya yang dibuat bertekuk lutut. Liga Inggris terkenal dengan gaya bermain “Kick and Rush”, yang berarti secara harfiah “Menendang dan Terburu-buru”. Gaya bermain ini memanfaatkan lebar lapangan, bermain direct dengan mengalirkan bola secara langsung ke depan dengan mengandalkan pada kecepatan para winger. Gaya permainan ini juga melahirkan sepakbola dengan tekel-tekel keras, sebagaimana sering dipraktekkan oleh Roy Keane semasa membela Manchester United.
Gaya khas ini mulai ditinggalkan seiring dengan gaya sepakbola modern yang berubah atau kelemahan yang ditemukan untuk meredam gaya ini, yaitu dengan menerapkan jebakan offside. Namun demikian, masih ada hal-hal yang tersisa dalam penerapannya. Tim-tim asal Inggris masih bermain dengan intensifitas kecepatan yang tinggi khususnya di sisi winger. Kita bisa melihat bagaimana Mohammed Salah di Liverpool adalah tipikal pemain yang mewakili ini. Mohammed Salah semisal, ia diberikan rating atribut kecepatan hingga 89, Akselearsi 89, dan Kecepatan Sprint 89 oleh EA Sport. Selainnya ada Martinelli. Pemain Arsenal ini memiliki atribut kecepatan hingga 89, Akselearsi 91, dan Kecepatan Sprint 88. Apa artinya ? Tim-tim papan atas klasemen Liga Inggris didominasi oleh klub-klub yang memiliki pemain-pemain tipikal sprinter, Liverpool juara Liga Inggris edisi musim ini diikuti Arsenal sebagai runner-up.
Menilik kembali pertandingan antara PSG vs Inter Milan yang berakhir penghancuran untuk Inter Milan, para pemain bertahan Inter selalu gagal untuk menutup area yang mereka tinggalkan karena kalah beradu kecepatan. Bagaimana gol-gol dari pemain-pemain PSG dilahirkan dari kecepatan seorang Hakimi, Doue dan Kvaratskhelia dibandingkan dengan kecepatan bek-bek Inter yang telah menua. Walaupun hal ini tidak menjadi mutlak, namun disatu sisi menjadi hal yang sangat dominan. Taktik Inzaghi yang tidak menerapkan pertahanan secara ketat membuka ruang bagi tipikal pemain seperti ini. Seandainya Inter menjadi sangat “Italia”, mungkin Inter dapat masih memiliki kesempatan untuk mengimbangi permainan PSG. Inter dapat menerapkan catenaccio sejati dengan mengandalkan serangan balik serangan cepat. Disinilah peranan winger seperti Rashford yang memiliki kecepatan diatas rata-rata dapat menjadi tambahan senjata yang berguna.
Nerazzurriale : Marcus Rashford EA Sports 25 Rating
Rashford, secara khusus memiliki atribut kecepatan hingga 89, Akselearsi 87, dan Kecepatan Sprint 91 yang diberikan oleh EA Sport, tidak akan kalah dengan Doue apabila diberikan mandat untuk bertahan. Namun demikian, setiap pemain akan beradaptasi dengan pelatihnya. Betapapun atribut yang dimiliki tidak akan berguna saat pelatih melakukan pendekatan yang salah dalam pertandingan. Inter mungkin salah dalam memilih taktik. Hanya saja, Inter tetap beruntung bahwa skor yang berlangsung tetap bertahan di 5-0 hingga akhir babak ke-dua, tidak lebih!