Skuad Inter Milan Jelang Menghadapi Bayern Munchen
Inter, diambang pencapaian trofi ke-empat mereka di final Liga Champions hari Sabtu (CET) / Minggu (WIB) nanti. Inter telah mencapai final sebanyak tujuh kali dalam sejarah klub. Dimulai dari tahun 1964, ketika Inter pertama kali menginjakkan kakinya di final, membungkam Real Madridnya Alfredo Di Stefano 3-1 di Vienna, dan menjadi kampiun. Inter kembali melaju ke final dan juga menjadi kampiun pada musim berikutnya hingga muncullah julukan ‘Grande Inter’. Setelahnya, Inter hanya mampu melaju ke final dan gagal meraih trofi hingga tim trebelnya Jose Mourinho meraihnya di 2010.
Walaupun Inter memiliki kesempatan di dua musim lalu di 2023, mereka gagal memanfaatkannya setelah dikalahkan Manchester City dengan skor tipis 1-0 melalui gol semata wayang Rodri. Kini kesempatan itu datang lagi. Kesempatan di final tak datang setiap tahun, Inzaghi dan anak asuhnya mengetahui hal itu. Apalagi beberapa pemain sudah mulai pada usia yang tak lagi muda. Acerbi 37, Darmian 35, Sommer, Mkhitaryan, Arnautovic semuanya 36 tahun, mereka yang sudah berumur ini sadar bahwa tahun depan mungkin tak akan lagi final bagi mereka, entah karena mereka pada akhirnya pensiun, tidak lagi berada di dalam klub papan atas seperti Inter atau bahkan Inter tidak mampu lagi mencapai final. Kondisi yang sama pun dialami oleh Inzaghi. Godaan hingga €50 juta per musim dari Al-Hilal tentu tidak bisa diindahkan begitu saja untuk tetap di Inter. Walaupun Inzaghi menyatakan hubungannya yang baik dengan para direktur dan Oaktree, tetap saja sekalipun ia di Inter, tidak ada jaminan bahwa ia mampu membawa Inter kembali ke final untuk berbagai alasan.
Selain itu, hal lain yang membuat Inter harus menang adalah faktor penebusan dosa. Inter, tampak seperti tim yang akan meraih trebel winner satu setengah bulan yang lalu, sebelum akhirnya dikandaskan AC Milan di semifinal Coppa Italia dan terpeleset dalam perburuan Scudetto oleh Napoli, walapun terdapat berbagai faktor yang mungkin menjadi penyebab kegagalan ini.
Di sisi lain, PSG memiliki jalan yang masih panjang. Rata-rata umur pemain PSG masih dalam rentang usia primer di bawah 30 tahun dan secara finansial, mereka terus disupport untuk tidak secara langsung “membutuhkan” dana dari hasil kemenangan di Liga Champions, hal yang tentu berbeda dengan Inter yang tergantung secara finansial dari raihan trofi.
Inter boleh jadi kalah dalam perburuan Scudetto, namun kali ini berbeda, mereka harus menang. Sebagaima disampaikan Acerbi dan kawan-kawannya yang seusia “Jika Anda mengatakan kepada saya bahwa saya bisa kehilangan Scudetto tetapi bermain di final Liga Champions lagi, saya akan selalu memilih final Liga Champions,” katanya. “Saya pernah memenangkan gelar liga sebelumnya.”